SUARA UTAMA – Universitas Ibnu Chaldun Jakarta melaksanakan penyembelihan hewan qurban di hari kedua lebaran Idul Adha 2024. Penyembelihan hewan kurban dilaksanakan di halaman parkir sebelah masjid Al-Hadi Hikmatul Ilmi UIC. Proses penyembelihan tersebut dipantau langsung Ketua Umum Yayasan Pembina Pendidikan Ibnu Chaldun, Dr. H. Edy Haryanto, S.H, M.H., Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Dr. Rahmah Marsinah, S.H., M.M., M.H., Wakil Rektor II Universitas Ibnu Chaldun, Yudo Kisworo., S.Si., M.M., Wakil Rektor III Universitas Ibnu Chaldun, Dr. Murtiman., S.H., M.M., Ketua DKM Al-Hadi Hikmatul Ilmi UIC, H. Muhajirin Tohir, dan Ketua Panitia Idul Qurban 1445 H UIC, R. Dimas Sundawa, M.M.
Hewan qurban yang disembelih berjumlah tiga ekor, satu sapi dan dua kambing. Daging qurban dibagikan kepada karyawan, pimpinan, juga warga kiri kanan, sekitar Universitas Ibnu Chaldun. Agar ibadah kurbannya sah menurut syariat, seorang yang hendak berkurban harus memperhatikan kriteria-kriteria dari hewan yang akan disembelihnya. Kriteria-kriteria tersebut diklasifisikasikan sesuai dengan usia dan jenis hewan kurban. Hewan qurban yang siap di sembelih di Universitas Ibnu Chaldun tentunya sudah memenuhi syarat dalam ketentuan tentang hewan qurban.
Qurban dalam dimensi vertikal adalah bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah supaya mendapatkan keridhaan-Nya. Dalam dimensi sosial, kurban bertujuan untuk menggembirakan kaum fakir pada Hari Raya Adha, sebagaimana pada Hari Raya Fitri mereka digembirakan dengan zakat fitrah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ibadah kurban hukumnya adalah sunnah muakkad, atau sunnah yang dikuatkan. Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan ibadah kurban sejak disyariatkannya sampai beliau wafat. Ketentuan kurban sebagai sunnah muakkad dikukuhkan oleh Imam Malik dan Imam al-Syafi’i. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah kurban bagi penduduk yang mampu dan tidak dalam keadaan safar (bepergian), hukumnya adalah wajib. (Ibnu Rusyd al-Hafid: tth: 1/314).
Menurut Ketua Umum YPPIC, Dr. H. Edy Haryanto, S.H, M.H., menjelaskan, situasi dan kondisi masyarakat banyak mengalami kesulitan menjadi sebuah kewajiban bersama untuk membantu masyarakat. Keteladanan Nabi Ibrahim as. dalam mengorbankan anaknya dan itu Allah gantikan dengan hewan qurban dimana pengorbanan itu sebagai simbol ketaatan dalam beragama.
Masyarakat UIC, khususnya dalam keteladanan tersebut diambil pelajaran untuk dapat mewujudkan situasi kerja yang ikhlas, kerja keras, kerja cerdas sampai tuntas. Semua tidak lepas dari pengabdian dan mewakafkan waktu di Universitas Ibnu Chaldun serta meyakini Allah tidak akan pernah meninggalkan umatnya dan meyakini bahwa janji Allah akan selalu ditepati, lanjut Dr. H. Edy.
Dalam keterangan terpisah Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Dr. Rahmah Marsinah, S.H., M.M., M.H., menjelaskan tentang keikhlasan dalam memaknai qurban tahun ini. “Alhamdulillah, dengan adanya berqurban tahun ini insyaAllah semua di Universitas Ibnu Chaldun memaknai arti qurban itu sendiri dalam peningkatan keimanan, lebih dalam lagi dan mengerjakan segala sesuatu di kampus ini dengan ikhlas. Dengan semangat ikhlas, kerja tuntas, sehingga sivitas Universitas Ibnu Chaldun bisa maju dan berkembang di taraf nasional dan internasional”, kata Dr. Rahmah menutup penjelasannya.
Menurut Wakil Rektor III Universitas Ibnu Chaldun, Dr. Murtiman., S.H., M.M., hasil pemotongan yang dibagikan ke karyawan, pimpinan, masyarakat sekitar kampus adalah bentuk ketaatan dalam beragama. Harapannya di tahun mendatang hewan qurban yang ada lebih banyak dari yang ada sekarang.
Ibadah qurban yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha sampai hari tasyrik, tiada lain bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Berqurban juga berarti menghilangkan sikap egoisme, nafsu serakah, dan sifat individual dalam diri seorang muslim. Qurban bukan hanya tentang hewan yang disembelih, tetapi juga tentang melepaskan ego dan kepentingan pribadi demi kebaikan bersama. Dengan berqurban, diharapkan seseorang akan memaknai hidupnya untuk mencapai ridha Allah semata. Ia “korbankan” segalanya (jiwa, harta, dan keluarga) hanya untuk-Nya. Oleh karena itu, pada hakikatnya, yang diterima Allah dari ibadah kurban itu bukanlah daging atau darah hewan yang dikurbakan, melainkan ketakwaan dan ketulusan dari orang yang berkurban, itulah yang sampai kepada-Nya.