Penulis Oleh : Rezky Pramita dan Suhardi
FITK IAIDU Asahan Kisaran, Manajemen Pendidikan Islam
SUARA UTAMA, Progresivisme memiliki sebuah konsep yang didasari oleh pengetahuan dan Kepercayaan bahwa manusia memiliki kemampuan yang wajar dan dapat Menghadapi dan mengatasi problematika yang bersifat menekan dan Mengancam adanya manusia itu sendiri. Sehubungan dengan hal demikian Progresivisme menolak adanya pendidikan yang bersifat otoriter. Alasan Penolakannya didasarkan bahwa pendidikan yang bersifat otoriter dapat Diperkirakan akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pendidikan. Karena dianggap kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya Kepada siswa dalam proses pendidikannya (Satrijo Budiwibowo, 2004:91).
Pendidikan dalam Progresivisme ini muncul adalah sebagai oposisi atas pendidikan model tradisional di Amerika Serikat, sekitar tahun 1800-an. Kebangkitan ini dipicu oleh adanya anggapan dari masyarakat terutama para pendidik bahwa sekolah gagal untuk menjaga langkah dari zaman dengan perubahan hidup yang terjadi dalam masyarakat Amerika itu sendiri. “(Whitney, 1964: 716). suatu sifat Keberadaan, dan pengetahuan yang Digunakan untuk menemukan kebenaran dan Menjalani kehidupan dengan penyelidikan Yang bersifat rasional. Pendidikan merupakan salah satu Jalan untuk membentuk manusia menjadi Pribadi cerdas, bermoral, dan Bertanggung jawab. Melalui pendidikan Seseorang dapat mengembangkan sikap, Pengetahuan, maupun keterampilan secara Optimal. Aliran Progresivisme adalah aliran dalam Pendidikan yang menunjukkan bahwa Manusia bertindak maju, konstruktif, aktif, Dan bergerak secara dinamis. Berkaitan dengan pengertian Tersebut, progresivisme selalu dihubungkan Dengan istilah the liberal roadtocultural. Yakni liberal bersifat fleksibel (lentur dan Tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, Sering ingin mengetahui dan menyelidiki Demi pengembangan pengelaman. Maksudnya Aliran Progresif sangat menghargai Kemampuan-kemampuan seseorang dalam Upaya pemecahan Masalah melalui Pengamalan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Oleh karena itu disusunnya jurnal ini diperuntukkan untuk menyelesaikan. (Shovi Wiranata Febriani: 2007:228).
Inti perhatian dari progresivisme adalah untuk mendorong kemajuan atau Progress dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu beberapa ilmu pengetahuan Yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang progresivisme merupakan Bagian utama dari suatu budaya. Disamping kemajuan atau progress yang Menjadi inti perhatian, progresivisme juga memperhatikan lingkungan dan Pengalaman. Berkaitan dengan inti utama perhatian progresivisme, ide-ide, Teori-teori atau cita-cita hanya cukup diakui sebagai hal yang ada, tetapi yang Ada itu harus dicari artinya bagi suatu kemajuan demi kebaikan.
Pembahasan
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
- Pengertian progresivisme
Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif yang artinya bergerak maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata progresif diartikan sebagai ke arah kemajuan, berhaluan ke arah perbaikan sekarang, dan bertingkat-tingkat naik. Dengan demikian, secara singkat progresif dapat dimaknai sebagai suatu gerakan perubahan menuju perbaikan. Sering pula istilah progresivisme dikaitkan dengan kata progres, yaitu kemajuan. Artinya progresivisme merupakan salah satu aliran yang menghendaki suatu kemajuan, yang mana kemajuan ini akan membawa sebuah perubahan. Pendapat lain menyebutkan bahwa progresivisme sebuah Aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat (Muhmidayeli, 2011:151).
Menurut Gutek (1974:138) progresivisme modern menekankan pada konsep ‘progress’ yang menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan kecerdasan yang dimilikinya dan metode ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul baik dalam kehidupan personal manusia itu sendiri maupun kehidupan sosial.
Dalam konteks ini, pendidikan akan dapat berhasil manakala mampu melibatkan secara aktif peserta didik dalam pembelajaran, sehingga mereka mendapatkan banyak pengalaman untuk bekal kehidupannya. Senada dengan itu, Muhmidayeli (20011:151) menjelaskan bahwa progresivisme merupakan suatu yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah, seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan, dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi.
Dari sudut pandang progresivisme adalah instrumen atau alat yang diproduksi mengembangkan kemampuan siswa untuk mengatasi semua tantangan hidup yang praktis selalu berkembang (Muhmidayeli, 2011:156). Selain itu, proses pelatihan dilaksanakan sesuai dengan prinsip pragmatis. Itu berarti, Pendidikan harus dapat membawa manfaat bagi siswa, khususnya dalam menghadapi masalah untuk eksis di masyarakat.
Progresivisme Dalam Pembelajaran
Foto Dokumentasi Mas Andre hariyanto AR.Learning Center, C.FR
Dalam Alternatif Filosofis dalam Pendidikan, Gutek (1974:140) menyebutkan formasi ini Progresif menekankan Beberapa hal, Pendidikan Progresif harus menawarkan kebebasan itu menunjang perkembangan dan pertumbuhan anak dengan tindakan yang secara alami meningkatkan inisiatif, kreativitas dan ekspresi diri anak-anak, semua jenis Pelajaran harus memperhatikan kepentingan anak dirangsang oleh kontak dengan dunia nyata, Pendidik tingkat lanjut bertindak sebagai mentor bagi anak-anak melakukan kegiatan penelitian bukan hanya berlatih atau memberi banyak Misi, Keberhasilan siswa diukur secara mental, perkembangan fisik, moral dan juga sosial, Dalam untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak dan Pertumbuhannya tentu membutuhkan kerjasama guru anak, sekolah, rumah dan keluarga, Masalah sekolah yang benar-benar progresif laboratorium yang penuh dengan ide-ide pendidikan yang inovatif dan latihan.
Ketika datang ke tujuan pendidikan, mengalir Progresivisme menekankan memberi lebih banyak pengalaman empiris bagi siswa karena itu membentuk pribadi yang selalu belajar dan melakukan sesuatu (Muhmidayeli, 2012:156). Pendidikan harus menawarkan berbagai pengalaman siswa dalam memecahkan masalah dapat ditemukan di lingkungan sehari-hari. Dalam hal itu,Pengalaman yang dipelajari harus nyata atau relevan dengan kehidupan nyata. Oleh karena itu satu Pendidik harus mampu melatih anak didiknya untuk menjadi produktif memecahkan masalah yang ada Kehidupan.
Oleh karena itu, tujuan pelatihan Progresivisme harus mampu mentransfer keterampilan dan alat yang berguna untuk interaksi dalam lingkungan yang berbeda dalam proses perubahan artinya alat keterampilan memecahkan masalah Individu dapat menentukan Menganalisis dan memecahkan masalah.
Menurut aliran progresivisme belajar dilaksanakan berangkat dari asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, melainkan manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, yang berbeda kemampuannya, aktif, kreatif, dan dinamis serta punya motivasi untuk
memenuhi kebutuhannya (Jalaluddin dan Abdullah Idi,2012:89). Dalam konteks ini, belajar semestinya dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak didik. Oleh karena itu, dalam pandangan progresivisme belajar harus dipusatkan pada diri siswa, bukan guru atau bahan pelajaran. Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam belajar menurut pandangan progresivisme, di antaranya: Memberi kesempatan anak didik untuk belajar perorangan, memberi kesempatan anak didik untuk belajar melalui pengalaman, memberi motivasi dan bukan perintah, mengikut sertakan anak didik di dalam setiap aspek kegiatan yang merupakan kebutuhan pokok anak, menyadarkan pada anak didik bahwa hidup itu dinamis (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:88).
BACA : Kopdar Pemred dan MM RSU di Warung Kopi Klotok Bahas Penerbitan Jurnal ISSN
Apalagi dari sinilah muncul aliran progresivisme bahwa belajar adalah proses yang berlandaskan keunggulan nalar manusia yang kreatif dan dinamis sebagai potensi dasar manusia untuk memecahkan masalah berbagai masalah kehidupan (Muhmidayeli, 2011:157). Dalam konteks ini, pembelajaran harus mampu menawarkan sesuatu pengalaman menarik bagi anak-anak sehingga mereka bisa terapkan dalam kehidupan nyata. Memang begitu perbedaan peran guru dan siswa dalam kegiatan tersebut mempelajari Karena prinsip belajar Progresivisme membutuhkan pembelajaran ditujukan untuk siswa. Termasuk peran guru aliran progresivisme harus bertindak sebagai perantara, Mentor dan tutor bagi siswa. Menurut Gutek (1974:146) Pendidikan tinggi sedang mencari guru yang berbeda dari guru pendidikan tradisional dalam karakter, pelatihan dan teknik mengajar, Karena kelas/progresif berorientasi sebuah kegiatan yang benar-benar dibutuhkan oleh penumbuh progresif yang berorientasi pada tujuan tahu bagaimana mendorong untuk menang berdebat, merencanakan dan melaksanakan proyek mereka.
Selain itu, guru juga perlu mengetahui bagaimana tahapan kerja kelompok karena pola dasar pengajaran progresif berpusat pada partisipasi kelompok. Aliran progresivisme ingin mengatakan bahwa tugas guru sebagai pembimbing aktivitas anak didik dan berusaha memberikan kemungkinan lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai Pembimbing ia tidak boleh menonjolkan diri, ia harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak alamiah anak didik secara
keseluruhan.
2. Tokoh-tokoh Aliran Progresivisme
Tokoh-tokoh utama yang terlibat dalam penyebaran progresivisme, yaitu:
William James (1842-1910), lahir pada tanggal 11 Januari 1842 di New York dan meninggal pada tanggal 26 Agustus 1910 di Choruroa, New Hampshire. Dia adalah seorang psikolog dan filsuf Amerika yang sangat terkenal. Gagasan dan pengajarannya, serta kepribadiannya, berdampak penting di beberapa negara Eropa dan Amerika. Selain sebagai penulis, dosen, dan pembicara yang sangat cemerlang di bidang filsafat, ia juga dikenal sebagai pendiri aliran pragmatisme. James bahwa otak atau pikiran, serta aspek keberadaan organik, harus memiliki fungsi dan nilai biologis dalam kelangsungan hidup. Ia menekankan bahwa fungsi otak atau pikiran dipelajari sebagai bagian dari disiplin ilmu. Di sini James bertujuan untuk membebaskan psikologi dari prasangka teologis dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku. Dalam bukunya tahun 1890, Principles of Psychology, dia membahas dan mengembangkan ide-ide ini. Buku klasik ini menjadikan William James seorang filsuf pragmatis dan empiris radikal.
John Dewey (1859-1952) lahir di Burlington, Vermount pada tanggal 20 Oktober 1859, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Archibald Sprague Dewey dan Lucina Artemesia Kaya. Keluarga besarnya berasal dari New England (Pillsbury, 1957: 105). John Dewey merupakan seorang filsuf, teoritikus, reformator pendidikan, serta kritikus sosial yang sangat memengaruhi masyarakat Amerika Serikat di awal dan pertengahan abad XX. Bersama Charles Sanders Peirce dan William James, ia menjadi juru bicara utama filsafat khas Amerika, Pragmatisme, dan ia merupakan pemimpin gerakan pendidikan progresif. Setelah menyelesaikan pendidikan persiapan di sekolah negeri Burlington, ia masuk ke Universitas Vermont pada tahun 1875, tetapi pada tahun keempat ia menemukan minat khusus intelektualnya. Pada tahun 1882, ia mengikuti program pasca sarjana di Universitas John Hopkins. Tahun 1886 John Dewey menikahi mantan muridnya, Harriet Chilman, dan mereka dikaruniai enam orang anak. Istrinya memiliki minat pada pendidikan dan masalah-masalah sosial. Dewey kemudian mengawali karya besarnya dalam teori dan praktik pendidikan di Universitas Chicago, saat ia menjabat sebagai kepala departemen filsafat, psikologi, dan pedagogi pada tahun 1894. Saat di Chicago Dewey terkenal dalam dunia pendidikan. Kemudian tahun 1904, Dewey bertentangan dengan rektor mengenai pengelolaan dan pembiayaan departemen pendidikan, dengan hal tersebut kemudian Dewey meninggalkan Chicago dan menjadi profesor filsafat di Universitas Culumbia, New York.Dewey dikaruniai kesehatan yang baik sampai ia berusia 80 tahun. Pada 1 Juni 1952 Dewey meninggal dunia karena akibat pneumonia yang di deritanya (Ireine, 2009: 3).
Progresivisme Dalam Pembelajaran
Ia juga salah satu pendiri filsafat pragmatisme. Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuk aslinya. Meskipun demikian, namanya sering dikaitkan dengan ide yang disebut instrumentalisme. Ide filosofisnya yang paling penting berkisar pada masalah pendidikan tertentu dalam teori dan praktik. Reputasi internasionalnya didasarkan pada kontribusinya terhadap filosofi pendidikan progresif Amerika. Dewey berpengaruh tidak hanya di kalangan filsuf profesional tetapi juga dalam mengembangkan ide-ide mendasar di bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori politik, dan psikologi. Dia juga merupakan perwakilan terkenal dari gaya hidup demokratis di Amerika Serikat.
Menurut John Dewey progresivisme merupakan sebuah aliran filsafat yang berorientasi ke depan yang memposisikan manusia (peserta didik) sebagai salah satu subjek pendidikan yang memiliki bekal dan potensi dalam pengembangan dirinya dan memiliki kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Selain itu, John Dewey juga memandang bahwa sekolah merupakan lingkungan masyarakat yang kecil, dimana hal itu merupakan cerminan daripada sekolah tersebut. Artinya, ini merupakan salah satu bentuk kehati-hatian dalam pengelolaan sekolah terhadap masyarakat. Setidaknya sekolah bukan hanya sebagai sebuah “menara gading” yang menjulang jauh di atas masyarakat. Semestinya sekolah dan masyarakat saling berinteraksi secara positif. Pandangan tersebut perlu di pegang teguh disertai dengan harapan untuk mewujudkannya.
Hans Vaihinger (1852-1933) di Jerman pada 25 September 1852 dan meninggal di Jerman pada 18 Desember 1933 dia adalah seorang filsuf asal Jerman. Berpendapat bahwa itu hanya penting secara praktis. Tidak mungkin untuk membuktikan kompatibilitas dengan objek. Satu-satunya kriteria pemikiran adalah penggunaannya (pragma dari bahasa Yunani) untuk mempengaruhi urusan duniawi. Semua pemahaman ini sebenarnya murni buatan, jika pemahaman ini berguna untuk mengatur dunia, itu bisa dianggap benar, asalkan orang tahu bahwa kebenaran hanya kesalahan yang berguna. Dalam aliran progresif ini Proses belajar mengajar di kelas ditandai dengan beberapa hal antara lain : Guru merencanakan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, Selain membaca buku siswa juga diharuskan berinteraksi dengan alam misalnya melalui kerja lapangan atau lintas alam, Guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang siswa untuk berpikir, Siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk membangun pemahaman sosial, Kurikulum menekankan studi alarm dan siswa dipajankan (exposed) terhadap perkembangan barn dalam saintifik dan sosial, Pendidikan sebagai proses yang terns menerus memperkaya siswa umuk tumbuh, bukan sekedar menyiapkan siswa untuk kehidupan dewasa. Para pendidik aliran ini sangat menentang praktik sekolah tradisional, khususnya dalam lima hal : guru yang otoriter, terlampau mengandalkan metode berbasis buku teks, pembelajaran pasif dengan mengingat fakta filsafat empat tembok, yakni terisolasinya pendidikan dari kehidupan nyata, dan penggunaan rasa takut atau hukuman badan sebagai alat untuk menanamkan disiplin pada siswa.
BACA : Redaksi Suara Utama Targetkan Kopdar Wartawan. Ini Kata Ketua Mudzakarah di Dieng Wonosobo
Francis W. Paker (1837-1902) lahir di New Hampshire. Ayahnya meninggal ketika dia berusia enam tahun. Dua tahun kemudian, di samping sekolah dasar, dia belajar di sebuah pertanian. Pada usia 13 tahun dia meninggalkan pertanian dan memulai pendidikan penuh. Dia mengajar di sekolah pedesaan pada usia 16 tahun dan diangkat sebagai kepala sekolah di Carrolton, Illinois pada usia 20 tahun, tetapi mengundurkan diri karena Perang Sipil dan bertugas di ketentaraan selama beberapa tahun. Setelah perang berakhir ia kembali mengajar di berbagai tempat hingga tahun 1872.
3. Pandangan Islam terhadap Aliran Progresivisme
Upaya perbaikan pendidikan menuju ke arah yang lebih baik sebenarnya telah dilakukan oleh para tokoh pendidikan Islam, baik dari kalangan modern maupun kaum tradisional. Pemikiran-pemikiran mereka cukup memberi- kan solusi bagi problematik bangsa jika diaplikasi. Hanya saja permasalahan yang dihadapi sekarang adalah pada tataran praktiknya.
Pandangan Islam tentang Progresivisme Islam selalu mendorong umatnya untuk berkembang dan maju karena dapat menggunakan akal budinya untuk membangun kembali peradaban sesuai ajaran Islam. Adapun substansi Islam itu sendiri, yang ajarannya selalu valid, upaya untuk menafsirkan fenomena yang berkembang sekarang setidaknya harus sinergis secara kontekstual atas dasar agama. Memang secara lirik, Islam disebut sebagai ajaran yang tidak pernah berubah sampai habis. (Al-Marifat, 3(2):2018).
Al-Syaibani mengatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah membuat pilihan untuk mencapai nilai-nilai yang telah ditentukan. Nilai-nilai yang menjadi dasar untuk memberikan tujuan pendidikan adalah nilai material, nilai sosial. Nilai etika, nilai estetika dan nilai religi. (Abu Muhammad:2015:279).
Progresivisme Dalam Pembelajaran
Foto Dokumentasi Redaksi Suara Utama, Gabung Bersama RSU
Menurut Muhammad Iqbal yang terhormat, sistem pendidikan barat dan sistem pendidikan Islam. Dia melihat bahwa Barat condong ke materialisme dan berusaha melemahkan nilai-nilai spiritual masyarakat. Adapun pendidikan tradisional hanya dapat mencengkeram otak dan jiwa seseorang dengan kuat. Sementara itu, menurut Muhammad Iqbal, pendidikan yang baik adalah pendidikan manusia seutuhnya yang memperhatikan tidak hanya sisi spiritual, tetapi juga tubuh dan pikiran. Tidak hanya antroposentris tetapi juga pendidikan ilmiah meletakkan dasar keseimbangan dan keselarasan dalam semua aspek kehidupan manusia. Mengingat tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. (Abu Muhammad:2015:282). Menurut pandangan ontologi progresivisme, realitas alam semesta adalah realitas kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Pengalaman penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan, adalah realitas seseorang sampai kematiannya.
Pengalaman adalah sumber evolusi, artinya evolusi berjalan setahap demi setahap, mulai dari terobosan yang mudah hingga yang sulit (proses evolusi kuno). Pengalaman adalah perjuangan karena hidup adalah tindakan dan perubahan. Orang hidup dan berkembang ketika mereka mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan tindakan. Secara epistemologi, pengetahuan adalah pengetahuan, fakta, hukum, prinsip, proses, cara yang terakumulasi dalam diri seseorang sebagai hasil dari proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan masyarakat diperoleh tidak hanya secara langsung melalui pengalaman dan menyentuh semua realitas di sekitarnya, tetapi juga melalui dokumen (buku, perpustakaan). Pengetahuan adalah hasil dari tindakan tertentu, semakin sering kita memenuhi persyaratan lingkungan dan semakin banyak pengalaman praktis yang kita miliki, semakin baik kita mempersiapkan kebutuhan di masa depan. Pengetahuan harus diadaptasi dan disesuaikan dengan realitas baru lingkungan. Kebenaran adalah kemampuan ide untuk memecahkan masalah. Kebenaran adalah hasil dari suatu gagasan, realitas pengetahuan dan kegunaannya dalam kehidupan (Muhammad Noor Syam, 1986:236). Secara aksiologi, menurut aliran ini, nilai muncul karena manusia memiliki bahasa, dan dari situ muncul asosiasi. Masyarakat menjadi wadah bagi terciptanya nilai-nilai. Bahasa merupakan alat ekspresi yang timbul dari dorongan, kehendak, emosi dan akal. Masyarakat menjadi wadah bagi terciptanya nilai-nilai. (Imam Barnadib, 1987: 31-32).
BACA : LSM Gerak Merdeka: Pungli dan Jual Beli Kios Pasar Sapuran Wonosobo
4. Pandangan Progresivisme Dalam Pembelajaran
Menurut aliran progresif, belajar dimulai dari anggapan bahwa peserta didik bukanlah orang kecil melainkan manusia utuh yang memiliki kemungkinan untuk berkembang, yang memiliki kemampuan berbeda-beda, yang aktif, kreatif dan dinamis serta yang memiliki motivasi untuk mengembangkan kemampuannya sendiri. Untuk memperhatikan Kebutuhan (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:89). Pembelajaran harus berlangsung dengan mempertimbangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, menurut pandangan progresif, pembelajaran harus berpusat pada siswa itu sendiri, bukan pada guru atau objek pembelajaran.
Menurut progresivisme, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat belajar, yaitu: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara individu, kesempatan untuk belajar melalui pengalaman, motivasi daripada pengarahan, melibatkan siswa dalam aktivitas yang bersifat anak-anak, menyadarkan siswa bahwa hidup itu dinamis (Jalaluddin dan Abdullah Idi,2012:88)
Selain itu, progresivisme mensyaratkan bahwa belajar adalah suatu proses yang didasarkan pada keunggulan akal manusia, yang sebagai potensi dasar manusia bersifat kreatif dan dinamis dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan (Muhmidayeli, 2011:157).
Dalam konteks ini, pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menarik bagi anak sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Dari sudut pandang progresivisme, proses pendidikan memiliki dua bidang yang harus dikerjakan, juga dari sudut pandang psikologis dan sosiologis. Dari sudut pandang psikologis, guru harus mengetahui kemungkinan dan kekuatan belajar siswa untuk dikembangkan. Dengan mengenal hal ini. Pelatih dapat memilih jalur dan fondasi yang tepat untuk digunakan. Jika mempertimbangkan peran progresivisme di beberapa negara maju, psikologi umumnya adalah behaviorisme dan pragmatisme. Hal ini sesuai dengan teori bahwa progresivisme dikenal juga dengan instrumentalisme, eksperimentalisme, yang berkaitan erat dengan kemajuan dan kebermanfaatan kegiatan yang berhubungan dengan alat, pengalaman, lingkungan, dan kegiatan pendidikan. Pada saat yang sama, pendidik harus mengetahui dari sudut pandang sosiologis bahwa potensi dan daya harus diarahkan sedemikian rupa sehingga potensi siswa menjadi sesuatu yang berguna bagi anak. Dalam proses pembelajaran informasi tidak diberikan, tetapi ditawarkan. Agar hubungan guru-murid menjadi dialog, informasi yang diberikan kepada siswa harus menjadi bagian dari pengalaman pribadi guru itu sendiri, sehingga guru bertemu dengan siswa sebagai pertemuan pribadi. Ilmu yang diberikan guru tidak diturunkan kepada siswa yang tidak dibimbing, tetapi merupakan aspek yang sudah menjadi milik sendiri. (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:88).
Progresivisme Dalam Pembelajaran
Foto Dokumentasi Suhardi dan Rezky Pramita Gerak Maju dalam Pembelajaran
Pendidik
Posisi pendidik harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, membantu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya.. guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebagai suatu cara untuk menciptakan alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Pendidikan sebagai wahana yang paling efektif dalam melaksanakan proses pendidikan tentulah berorientasi pada sifat dan hakikat anak didik sebagai manusia yang berkembang. Usaha-usaha yang dilakukan adalah bagaimana menciptakan kondisi edukatif, memberikan motivasi-motivasi sehingga akal dan kecerdasan anak didik dapat berfungsi dan berkembang dengan baik.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupayakan peles tarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan. Program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi Karakteristik atau kekhususan daerah itu.(Zuhairini, 1991: 24).
Teori progresivisme menempatkan peserta didik pada posisi sentral dalam melakukan pembelajaran. karena peserta didik mempunyai kecenderungan alamiah untuk belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan juga memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan memberikan kepada peserta didik suatu minat yang jelas dalam mempelajari berbagai persoalan.
Peserta didik adalah makhluk yang memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk-makhluk lain karena peserta didik memiliki potensi kecerdasan. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai potensi atau kemampuan sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang mungkin merintanginya. Berkenaan dengan hal ini, tugas guru atau pendidik adalah meningkatkan kecerdasan potensial yang telah dimiliki sejak lahir menjadi kecerdasan realitas dalam lapangan pendidikan untuk dapat merespon segala perubahan yang terjadi di lingkungan di mana ia hidup dan beraktivitas. Pandangan progresivisme mengenai belajar bertumpu pada pandangan peserta didik sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan dibandingkan makhluk lain.
Secara institusional sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memelihara dan menjamin kebebasan berpikir dan berkreasi kepada para peserta didik, sehingga mereka memiliki kemandirian dan aktualisasi diri. Namun demikian, pendidik tetap berkewajiban mengawasi dan mengontrol mereka guna meluruskan kesalahan yang dihadapi peserta didik, khususnya dalam metodologi berpikir. Dengan demikian prasyarat yang harus dilakukan oleh peserta didik adalah sikap aktif dan kreatif, bukan hanya menunggu kedatangan guru dalam mengisi dan mentransfer ilmunya kepada mereka. Peserta didik tidak boleh diperlakukan seperti bejana kosong yang akan diisi oleh penggunanya. Jika yang terjadi demikian, maka proses pembelajaran hanya berwujud transfer of knowledge dari seorang guru kepada murid. Tentu saja cara demikian tidak akan membawa hasil apalagi mencerdaskan sehingga dapat dikatakan bahwa upaya mencapai tujuan pendidikan mengalami kegagalan.
Kurikulum
Kurikulum menempatkan subjek peserta didik pada titik sumbu sekolah (child-centered). Kemudian mereka berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek peserta didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar anak didik. Progresivisme mengisi kurikulum dengan mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia, yang termasuk masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif. Kurikulum menurut filosofis tentunya adalah segala hal yang bisa mengembangkan akal, yaitu berupa ilmu pengetahuan yang dikembangkan. Dampak positifnya dalam kehidupan masyarakat/manusia, adalah berkembangnya bermacam-macam ilmu pengetahuan ilmiah yang menunjang kehidupan material umat manusia. Akibatnya negatifnya (kalau dianggap sebagai negatif) adalah timbulnya kehidupan materialistis, yang mengabaikan kehidupan batin. Maka kurikulum dalam Ilmu pendidikan Islam adalah Al-Quran dan Hadis dengan disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan Al-Quran dan hadis. Kurikulum dalam pandangan progresivisme menghendaki fleksibilitas dan dinamis. Artinya, kurikulum yang disusun harus luwes, tidak kaku, terbuka dan siap menerima segala perubahan serta berorientasi pada kemajuan. Progresivisme mendukung setiap perubahan yang menuju kepada pembaharuan-pembaharuan. Untuk itu, kurikulum terbuka pada evaluasi dan revisi setiap saat sesuai dengan kebutuhan setempat. Kilpatrick seorang tokoh progresif, mengatakan bahwa kurikulum yang baik didasarkan atas tiga prinsip. Pertama, meningkatkan kualitas hidup anak didik pada tiap jenjang. Kedua, menjadikan kehidupan aktual anak ke arah perkembangan dalam suatu kehidupan yang bulat dan menyeluruh. Ketiga, mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai suatu uji coba atas keberhasilan sekolah sehingga kemampuan anak didik dapat berkembang secara aktual dan aktif memikirkan hal-hal baru yang baik untuk diamalkan. Kemampuan anak didik yang perlu dikembangkan meliputi berbagai macam aspek, yaitu intelektual, emosional, motorik, dan sosial peserta didik secara utuh.
Dari sudut pandang progresivisme kurikulum ada serangkaian tutorial yang dapat melakukan ini mempengaruhi anak untuk belajar dengan cara yang mendukung di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Menurut Amir Ma’ruf Kurikulum dalam pandangan progresivisme ialah sebagai pengalaman mendidik, bersifat eksperimental, dan adanya rencana dan kesepakatan reguler. Pengalaman belajar adalah pengalaman apapun sesuai dengan tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip yang diberikan dijelaskan dalam pelatihan di mana setiap proses alat bantu belajar yang ada dalam pertumbuhan dan pengembangan siswa. Progresivisme disebutkan sebagai salah satunya apa yang melatar belakangi pengembangan kurikulum 2013, karena pendekatan kurikulum 2013 Pembelajaran yang diterapkan adalah pendekatan saintifik. Dimana pendekatan saintifik lebih ditekankan memecahkan masalah (problem solving). Apa pendekatan saintifik berarti belajar dilakukan dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi ,menalar dan mengkomunikasikan. Sehingga dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 sangat cocok dengan pandangan aliran progresivisme.
BACA : Kesempatan Bergabung Menjadi Wartawan Jurnalis di Kantor Berita Suara Utama ID
Metode Pembelajaran
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini berupa bahan tertulis seperti Al- Quran dan hadis, yang disertai dengan pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya. Dan bahan yang akan diambil dari pengalaman dalam praktek pendidikan. Metode pencarian bahan, untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Metode pembahasan untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif yang metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, deduktif dan analisa ilmiah. Selainnya adalah metode kajian dan diskusi kritis akan membantun peserta didik melihat tidak adilnya dan tidak fungsian beberapa aspek sistem sekarang ini dan akan membantu mereka mengembangkan alternatif-alternatif bagi kebijaksanaan kontroversial.
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya adalah Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya, Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut, Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep, Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah, Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak, Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratorium dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global dan mengajarkan kepada mereka keterampilan- keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Mampu mengidentifikasi persoalan utama kontroversi, konflik, dan inkonsistensi. Menumbuhkan kembali nilai- nilai kemanusiaan dalam masyarakat luas, yang mana nilai-nilai tersebut telah hilang akibat Totaliterisme modern. Sekolah- sekolah berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tugas sekolah-sekolah Progresivisme adalah mengembangkan insinyur-insinyur sosial warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini. Dapat disimpulkan bahwasanya Pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang demokratis. Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. keterampilan pada siswa untuk memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi dan sosial atau dalam interaksi dengan lingkungan dalam prosesnya (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2011:89).
Progresivisme menginginkan pendidikan lebih lanjut. Dalam hal itu, pendidikan harus diartikan demikian rekonstruksi pengalaman yang konstan. Pendidikan bukan hanya peduli informasi untuk siswa, tetapi sebaiknya yang terpenting adalah melatih kemampuan berpikir ilmiah. Tujuan dalam konteks pendidikan di Indonesia pendidikan setelah progresivisme sangat mirip tujuan pendidikan nasional Indonesia. UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menunjukkan pendidikan itu tujuannya untuk mengembangkan potensi siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa tuhan Yang Maha Esa, mulia, bijaksana, mengetahui,menjadi warga negara yang cakap, kreatif, mandiri dan baik demokratis dan bertanggung jawab. Berdasarkan dalam pengertian ini, tren progresivisme sebagian besar konsisten bagi pendidikan di Indonesia.
Guru
Menurut pandangan ini guru harus menjadikan muridnya siap menghadapi persoalan-persoalan dalam masyarakat, membantu mereka mengidentifikasi permasalahan, lalu meyakinkan bahwa mereka sanggup memberikan solusinya, maka tugas guru adalah harus tampil dalam membantu siswa menghadapi persoalan dan perubahan. Guru harus memberi semangat terhadap munculnya pemikiran yang berbeda sebagai sarana untuk membentuk alternatif penyelesaian masalah. Karenanya, kepala sekolah sebagai agen utama bagi perubahan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Umumnya guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai Fasilitator (orang yang menyediakan diri untuk memberikan jalan kelancaran proses belajar sendiri siswa), Motivator (orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri), Konselor (orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik). Guru dan pendidik lainnya untuk bertindak sebagai instrumen perubahan sosial. Guru dan pendidik lain bertindak sebagai instrumen perubahan sosial. Posisi (pendapat) guru dalam hubungannya dengan item-item kurikuler yang kontroversi. Dalam menyingkapi hal ini, guru membolehkan uji pembuktian terbuka yang setuju dan tidak setuju dengan pendapatnya, dan ia menghadirkan pendapat-pendapat alternatif sejujur mungkin. Di segi lain, guru jangan menyembunyikan pendirian- pendiriannya. Ia harus mau mengungkapkan dan mempertahankan pemihakan secara publik. Di luar ini, guru harus berupaya agar pendirian- pendiriannya diterima dalam skala seluas mungkin. (Mila Hasanah: 2022: 250-253)
Penutup
Progresivisme merupakan aliran pendidikan yang menginginkan perubahan yang cepat dalam praktik pendidikan ke arah yang positif. Kecenderungan progresivisme secara historis muncul pada abad ke-19, namun perkembangan pesatnya baru terlihat pada awal abad ke-20, terutama di Amerika Serikat. Filsuf progresif saat ini merupakan dasar dan landasan bagi pelaksanaan pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang hendak diwujudkan dalam diri siswa harus sesuai dengan moral dan etika Serta nilai-nilai pendidikan karakter Progresivisme juga mempertimbangkan lingkungan dan pengalaman. Pusat perhatian utama adalah gagasan, teori, atau cita-cita yang hanya diakui secara memadai sebagai hal-hal yang ada, tetapi apa yang harus dicari untuk rasa kemajuan yang baik. Adapun beberapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran progresivisme, yaitu:
William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952) Hans Vaihinger (1852-1933), Francis W. Paker (1837-1902).
Pandangan ontologi progresif adalah kenyataan alam semesta merupakan kenyataan kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Pengalaman penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan, adalah realitas seseorang sampai kematiannya. Pengalaman adalah sumber evolusi yang artinya perkembangan selangkah demi selangkah, mulai dari terobosan yang mudah hingga yang sulit (proses evolusi kuno). Pengalaman adalah perjuangan karena hidup adalah tindakan dan perubahan. Orang hidup dan berkembang ketika mereka mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan tindakan.
Dari sudut pandang epistemologi, pengetahuan adalah informasi, fakta, keteraturan, prinsip, proses, cara yang terakumulasi dalam diri seseorang sebagai hasil dari proses interaksi dan pengalaman. Aliran ini sangat dipengaruhi oleh sudut pandang ontologi dan epistemologi, nilai timbul karena manusia memiliki bahasa, dan timbul dari pergaulan ini. Masyarakat menjadi wadah bagi terciptanya nilai-nilai.
Dari sudut pandang Islam, aliran progresif mendorong pengikutnya untuk terus berkembang dan maju, dengan bantuan akal manusia dapat membangun kembali peradaban sesuai ajaran Islam. Adapun substansi Islam itu sendiri, yang ajarannya selalu valid, upaya untuk menafsirkan fenomena yang berkembang sekarang setidaknya harus sinergis secara kontekstual atas dasar agama. Al-Syaibani mengatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah tentang membuat pilihan untuk mencapai nilai-nilai yang telah ditentukan. Nilai-nilai yang menjadi dasar untuk memberikan tujuan pendidikan adalah nilai material, nilai sosial. Menurut Muhammad Iqbal yang diucapkan, sistem pendidikan barat dan sistem pendidikan Islam. Dia melihat bahwa Barat condong ke materialisme dan berusaha melemahkan nilai-nilai spiritual masyarakat.
Dari perspektif pembelajaran, pembelajaran progresif terjadi dengan menjauhi anggapan bahwa peserta didik bukanlah orang kecil, melainkan manusia utuh yang memiliki potensi untuk berkembang, yang memiliki berbagai kemampuan, dan memiliki motivasi untuk menjadi aktif, kreatif dan dinamis. Ahli dalam pembelajaran, informasi tidak diberikan, tetapi ditawarkan. Agar hubungan antara guru dan siswa menjadi dialog, maka informasi yang diberikan kepada siswa harus menjadi bagian dari pengalaman pribadi guru itu sendiri, sehingga guru bertemu siswa sebagai pertemuan pribadi. Pengetahuan yang diberikan oleh guru tidak ditransfer kepada siswa yang tidak dibimbing, tetapi merupakan aspek yang sudah menjadi miliknya. Oleh karena itu, menurut pandangan progresif, pembelajaran harus berpusat pada siswa itu sendiri, bukan pada guru atau objek pembelajaran.
Jadi, Teori pendidikan yang dirancang berdasarkan filsafat progresivisme yang digagas Jhon Dewey, pada dasarnya mengutamakan lima hal yaitu, Kurikulum yang baik disusun berdasarkan pengalaman edukatif bersifat eksperimental, disusun secara sistematis dan teratur serta tidak memaksakan diri untuk mengikuti kehendak pembuat kurikulum. Guru harus memiliki keunggulan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sekaligus menguasai bidang ilmu tersebut. Dalam proses mendidik, guru tidak sepatutnya bertindak otoriter terhadap peserta didik, sehingga tugas guru adalah mengarahkan dan membimbing bagaimana cara belajar yang baik dan benar bagi peserta didik. Dalam hal ini, guru dapat dikatakan memiliki fungsi sebagai petunjuk jalan yang bijak. Peserta didik memiliki potensi masing-masing (individual) yang harus diberi kesempatan untuk berkembang secara wajar, aktif, kreatif, dan memiliki kebebasan untuk mengaktualisasikan dirinya.