SUARA UTAMA – Kemampuan mengendalikan amarah adalah salah satu kualitas paling penting yang harus dimiliki oleh seseorang. Menumpahkan amarah dengan penuh emosi tidak hanya merusak hubungan profesional, tetapi juga sering kali meninggalkan rasa penyesalan yang mendalam. Benarlah kata bijak Rasulullah SAW, “Orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”
Kemarahan yang tidak terkendali dapat merusak dinamika, mengurangi produktivitas, dan menciptakan hubungan yang tidak sehat. Ketika seseorang meledakkan amarahnya kepada orang di sekitarnya, dampak psikologisnya bisa sangat merusak. Rasa takut, ketidaknyamanan, dan kehilangan motivasi adalah beberapa konsekuensi yang sering kali muncul. Selain itu, reputasi seseorang yang marah justru bisa tercoreng, karena pada prinsipnya, tak ada orang yang suka dimarahi, apalagi dengan luapan emosi yang meletup-letup.
Sebaliknya, siapa pun dia, harus mampu mengendalikan amarahnya menunjukkan kedewasaan emosional dan ketenangan dalam menghadapi tantangan. Kemampuan ini tidak hanya memperkuat rasa hormat dan kepercayaan dari pihak lain, tetapi juga menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif, tenang, dan damai. Ketika seseorang mampu tetap tenang dalam situasi stres, mereka memberikan contoh positif yang dapat diikuti oleh orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah emosi mereda dan pikiran menjadi lebih jernih, sering kali yang tersisa hanyalah penyesalan. Penyesalan karena telah melukai perasaan orang lain, terutama mereka yang kita cintai dan hargai. Terlepas dari kesalahan yang mungkin telah dilakukan oleh pihak lain, penting bagi seseorang untuk mengingat bahwa respons emosional yang berlebihan jarang sekali membawa hasil yang positif.
Untuk menghindari penyesalan akibat kemarahan yang meledak-ledak, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan. Pertama, penting untuk mengenali tanda-tanda awal kemarahan dan mengambil langkah-langkah untuk menenangkannya. Ini bisa berupa menarik napas dalam-dalam, mengambil waktu sejenak untuk merenung, atau bahkan berjalan-jalan singkat untuk meredakan ketegangan.
Kedua, berlatih empati dan mencoba memahami perspektif orang lain dapat membantu meredakan amarah. Dengan memahami alasan di balik tindakan atau perkataan seseorang, seseorang dapat merespons dengan lebih bijak dan adil.
Terakhir, penting untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif. Mengungkapkan perasaan dengan cara yang konstruktif dan menghindari bahasa yang menyerang dapat membantu mencegah konflik dan memperkuat hubungan.
Dalam sebuah riwayat hadits dari Abu Dzar RA, disebutkan bahwa Rasulullah SAW memberikan beberapa tips saat kita marah dengan sabdanya, “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendaknya dia mengambil posisi tidur.” (HR Ahmad 21348, Abu Daud 4782, dan perawinya dinilai shahih oleh Syu’aib Al-Arnauth).
Mengendalikan amarah adalah kunci kebaikan dan kebijaksanaan. Mampu menjaga ketenangan dan berpikir jernih dalam situasi sulit tidak hanya menunjukkan kekuatan karakter, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan lebih sehat.
Penulis : Nafian Faiz