Hakekat Filsafat Pendidikan Islam
Riyansah Prayetno, Sabar Hati Al Banjari, Suhardi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Prodi Pendidikan Agama Islam,FITK, IAIDU Asahan Kisaran
Pendahuluan
Filsafat merupakan induk Ilmu Pengetahuan, yang ada di dalam istilah kata filsafat yang telah dikenal mansuia lebih dari 2000 tahun yang lalu, yakni pada masa yunani kuno di miletos, asia kecil,tempat perantauan orang yunani. Hal ini memberikan informasi bahwa pengenalan terhadap filsafat ini sudah sejak dahulu kala, yang mana filsafat digunakan oleh manusia sebagai produk kegiatan berfikir murni yang merupakan suatu bentuk pembendaharaan yang terorganisasi dan sistematis.
Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,baik menyangkut daya pikir, maupun daya perasaan menuju arah tabiat atau perilaku manusia yang berkemanusiaan. Sedangkan Islam adalah keselamatan, aturan, pembeda, agama. Sedangkan agama adalah wahyu, agama yang Allah ridhoi.
Masalah pendidikan merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Pendidikan sendiri memiliki makna yaitu usaha manusia dewasa yang sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar pandangan hidup kepada generasi selanjutnya, agar menjadi manusia yang bertanggung jawab akan tugasnya sesuai dengan sifat dan hakikat kemanusiaanya. Lebih luas masalah pendidikan adalah masalah yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Bahkan pendidikan bisa juga akan menghadapi persoalan yang tidak mungkin dijawab dengan menguakkan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat. Sebuah pendidikan tidak hanya sekedar menempatkan manusia dengan tanggung jawabnya. Namun, manusia mempunyai pandangan yaitu sebagai dasar atau sumber daya yang paling utuh.
Dengan mempelajari filsafat pendidikan islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar,sistematik, logis dan universal. Filsafat pendidikan islam adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang berlandaskan ajaran-ajaran islam tentang hakikat-hakikat kemampuan manusia. Filsafat pendidikan islam terbentuk dari perkataan filsafat, pendidikan dan islam.
Dan dengan demikian ini filsafat pendidikan islam mempunyai pengertian secara khusus yang ada kaitannya dengan ajaran islam, kedudukan filsafat pendidikan islam merupakan sebagai alat atau sarana untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan islam. Dengan mendasarkan atas keterkaitan hubugan antara teori dan praktek pendidikan.karena dengan pendidikan akan mampu berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam dinamika kehidupan masyarakat.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis ingin menguraikan dan memberikan pemahaman tentang kajian filsafat pendidikan islam dengan judul : Pengertian, Ruang lingkup dan Urgensi Filsafat Pendidikan Islam.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Perkataan filsafat berasal dari dua patah kata bahasa Yunani, yaitu philos dan sophia. Secara etimologis. Philos berarti cinta (loving dalam bahasa Inggris), sedang sophia berarti kebijaksanaan (wisdom dalam bahasa Inggris), atau kepahaman yang mendalam. Pengertian filsafat menurut bahasa aslinya adalah cinta terhadap kebijaksanaan. (Muhammad As-said,2011:1). Jadi secara bahasa, filsafat berarti hasrat atau keinginan sungguh-sungguh akan kebenaran sejati. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat, inti sari, atau esensi dari segala sesuatu.(Ahmad Syadali dan mudzakir,1997:12).
Harold Titus mengemukakan lima pengertian mengenai filsafat adalah sebagai berikut: pertama Falsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis. Kedua Falsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ketiga Falsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Keempat Falsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Kelima Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli falsafat.
Selanjutnya Harun Nasution memberikan definisi filsafat adalah Pengetahuan tentang hikmah, Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar. Mencari kebenaran.Membahas dasar-dasar dari apa yang di bahas. Dengan demikian Nasution berpendapat bahwa,intisari filsafat ialah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas dan sedalam dalamnya sehingga sampai ke dasar persoalannya.
Selain pengertian filsafat diatas, menurut Plato, Immanuel Kant, Al-Kindi dan Ibnu Sina sebagaimana dikutip oleh Zuhairuni, untuk menjadi bahan perbandingan,yaitu Plato mengatakan bahwa filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada. Immanuel Kant filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan. Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan: (a) ilmu Fisika (al- ilmu al thobiiyyat) merupakan tingkatan terendah (b) ilmu matematika (al ilmu al riyadi) tingkatan tengah. (c) Ilmu ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat) tingkatan tertinggi. Ibnu Sina, juga membagi filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang keduanya berhubungan dengan agama, dianut dasarnya terdapat dapat syari’at Tuhan, yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.(Asrori dan Rusman, 2020:2-3)
Rangkaian kata “pendidikan Islam” bisa dipahami dalam arti berbeda-beda, antara lain: istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam, berdasarkan sudut pandang bahwa Islam adalah ajaran tentang nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang ideal, yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Istilah kedua, pendidikan (dalam) Islam, berdasar atas perspektif bahwa Islam adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan peradaban yang tumbuh dan berkembang sepanjang perjalanan sejarah umat Islam proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan dikalangan umat islam. Sedangkan istilah ketiga, pendidikan (dalam) Islam. pendidikan agama Islam dalam hal ini bisa dipahami sebagai proses dan upaya serta cara dan transformasi ajaran-ajaran islam tersebut, agar menjadi rujukan dan pandangan hidup bagi umat Islam. Dengan demikian, pendidikan (agama) Islam lebih menekankan pada teori pendidikan Islam.
Ada beberapa defenisi pendidikan Islam menurut beberapa ahli pendidikan Islam: Al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi dalam masyarakat. M. Fadhil al-Jamaly mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Melalui proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan maupun perbuatannya. Qardhawi mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pendidikan manusia seutuhnya yang meliputi akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, serta akhlak dan tingkah laku. Menurut Syeh Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan Islam di Istilahkan dengan ta’dib yang mengandung arti ilmu pengetahuan, pengajaran dan pengasuhan yang mencakup beberapa aspek yang saling terkait seperti ilmu, keadilan, kebijakan, amal, kebenaran, nalar, jiwa, hati, pikiran, derajat dan adab. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Oleh sebab itu, pendidikan Islam harus bersumber kepada Al-Qur’an dan hadis Nabi. Hasan Langgulung menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai dan prinsip serta teladan yang ideal dalam kehidupan dunia akhirat.(Hasan Langgulung ,2003:3)Lebih kongkret istilah pendidikan Islam dalam pandangan Hasan Langgulung ada delapan pengertian dan dalam konteks yang berbeda pertama Pendidikan Keagamaan (al-Tarbiyah al-Diny), kedua Pengajaran Agama (al-Ta’lim al-din), ketiga Pengajaran Keagamaan (al-Ta’lim al-Diny), keempat Pendidikan keislaman (al-Ta’lim al-Islami), kelima Pendidikan dalam Islam (al-Tarbiyah fi al-Islam), keenam Pendidikan dikalangan orang Islam (al-Tarbiyah Inda al-Muslimin), ketujuh Pendidikan orang-orang Islam (Tarbiyah al-Muslimin), kedelapan Pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah).
Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.(Samsul Nizar, 2022: 32).
Istilah filsafat pendidikan Islam mengacu pada pengertian pendidikan Islam secara filosofis, yang sampai ini istilah kejelasan pendidikan Islam masih menjadi perdebatan dalam konsep dan realitanya. Secara kelembagaan, khususnya negara Indonesia, realitas pendidikan Islam kurang mempunyai tempat yang layak dimata pemerintah. Secara sosial, lembaga pendidikan Islam juga kurang mendapat apresiasi yang menggembirakan dikalangan masyarakat, yang secara kualitatif justru mayoritas beragama Islam. Salah satu tugas pokok dari filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah dalam pencapaian tujuan pendidikan Islam. Suatu tujuan pendidikan yang hendak dicapai, harus direncanakan (di program) melalui kurikulum pendidikan. Oleh karena itu kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan maupun lembaga pendidikan Islam, segla hal yang harus diketahui, diresapi atau dihayati oleh anak didik harus diterapkan dalam kurikulum. Begitu juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya. Dengan demikian, kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan anak didik.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam adalah filsafat pendidikan yang prinsip-prinsip dan dasarnya yang digunakan untuk merumuskan berbagai konsep dan teori pendidikan Islam didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam, filsafat pendidikan Islam berbeda dengan filsafat pendidikan pada umumnya yang tidak memasukkan prinsip ajaran tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk yang bukan hanya terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual, pandangan tentang alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan bertasbih kepada-Nya, pandangan tentang akhlak yang bukan hanya didasarkan pada rasio dan tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan juga nilai-nilai yang mutlak benar dari Allah, serta berbagai pandangan ajaran Islam lainnya.( Abuddin Nata, 2013: 38).
Menurut Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis, sistem dan aliran filsafat dalam islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat islam. Selain itu, Filsafat Pendidikan Islam sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat islam yang selanjutnya memberikan arah dan tujuan.
Sedangkan Abuddin Nata mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai suatu kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada Al- Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya filosofi muslim sebagai sumber skunder. Selain itu, Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang masalah-masalah pendidikan seperti masalah manusia (anak didik), guru, kurikulum, metode dan lingkungan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai dasar acuannya. Tanpa mempersoalkan apakah filsafat pendidikan islam itu sebagai aktivitas berfikir mendalam, meyeluruh dan spekulatif atau ilmu pengetahuan yang melakukankajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif mengenai masalah- masalah pendidikan dari sumber wahyu Allah, baik Al-Qur’an maupun Al-Hadits.(Lilis dan Redmon, 2021:12-15).
Menurut Maragustam, filsafat pendidikan Islam ialah pemikiran-pemikiran filosofis yang sistematis dan radikal, yang diambil dari : 1) Sistem filsafat, yaitu pemikiran dari para filosuf di bidang pendidikan, dijadikan pedoman untuk memecahkan problematika pendidikan umat Islam, dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan Islam, 2) Jawaban filosufis terhadap masalah pendidikan, yang dapat dijadikan pedoman bagi proses pendidikan yang didasarkan ajaran Islam.(Ahmad Syar’I, 2020: 11).
Posisi filsafat dalam Filsafat Pendidikan Islam adalah sebagai metode berpikir, sedangkan Pendidikan Islam adalah sebagai objek yang dipikirkan. Dalam posisinya sebagai metode berpikir, filsafat dalam Filsafat Pendidikan Islam berfungsi menelaah hakikat dan fenomena Pendidikan Islam, filsafat menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang menjadi ciri khasnya, yaitu kritis, sistematis, metodis, dan koheren. Metode berfikir filosofis dibutuhkan dalam Pendidikan Islam untuk membangun konsep- konsep teoretik dan melahirkan praktik-praktik empirik pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan hakiki manusia. (Ismail Thoib, 2019: 64). Filsafat Pendidikan Islam adalah ilmu yang mengkaji secara khusus, mendalam dan menyeluruh tentang pendidikan untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan atau pertanyaan tentang pendidikan islam. Disamping itu juga melaksanan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah dalam pendidikan serta dalam berfikir secara mendalam dan penuh kebijaksanaan untuk menemukan substansi pendidikan sampai dengan teori-teori pendidikan dan ilmu pendidikan islam.(Noor Amiruddin, 2018: 24).
Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Setiap ahli memiliki sudut pandang yang berbeda,sehingga dalam melihat dan menetukan obyek filsafat pendidikan juga terdapat perbedaan. Cakupan hal-hal yang menjadi kajian filsafata pendidikan sungguh sangat luas.disamping itu ruang lingkup ada yang menyebut dengan istilah obyek sebagaimana disebutkan oleh muhmideyali, ia menyebutkan hal-hal yang menjadi obyek kajian filsafat pendidikan terdapat 12 hal penting, berkenaan dengan pertama Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan. Kedua Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berfikir dan berbuat dalam tatanan hidup suatu masyarakat. Ketiga Hakikat dan tujuan kependidikn sebagai arah bangun pengembangan pola dunia pendidikan. Keempat Hakikat pendidik dan anak didik sebagai subyek-subyek yang terlihat langsung dalam pelaksanaan proses edukasi. Kelima Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan dalam aktivitas pendidikan. Keenam Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan di lalui dalam proses pendidikan menuju peraihan tujuan-tujuan. Ketujuh Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan penumbuh kembangan potensi subyek didik. Kedelapan Alternatif-alternatif yang mungkin di lalui dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM), baik menyangkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat pendukung peraihan tujuan. Kesembilan Keterkaitan dunia pendidikan dengan lembaga-lembaga lain dalam lingkup masyarakat, seperti dunia pendidikan dan politik, pendidikan dan system pemerintahan, pendidikan, tata hukum dan adat dalam masyarakat. Kesepuluh Keterkaitan dalam dunia pendidikan dengan perubahan-perubahan taraf hidup masyarakat. Kesebelas Aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam memecahkan berbagai ragam problem kependidikan. Kedua belas Keterkaitan pendidikan sebagai suatu lembaga dengan ideologi yang dianut dan yang berkembang dalam suatu masyarakat. (Noor Amiruddin, 2018:27-28).
Secara makro, apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat yaitu, permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya, juga merupakan obyek pemikiran filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi : pertama Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan ( the nature of education). kedua Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subyek dan obyek pendidikan ( the nature of man). ketiga Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan. Keempat Merumuskan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan. Kelima Merumuskan hubungan antara filsafat negara ( ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan ( Sistem pendidikan). keenam Merumuskan sistem nilai dan norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Ruang lingkup filsafat itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat tercapai seperti yag dicita-citakan. Faktor atau komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan ( kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan lingkungan pendidikan. (Afifuddin Harisah, 2018: 7).
Dalam hubungan dengan ruang lingkup filsafat pendidikan islam ini, Muzayyin Arifin lebih lanjut mengtakan bahwa ruang lingkup pemikirannya bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat teknis operasional pendidikan, melainkan segala hal yang mendasari serta mewarnai corak sistem pemikiran yang disebut filsafat. ( Ahdar,dkk, 2022: 7).
Pada dasarnya ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam bertumpu pada pendidikan islam itu sendiri, baik yang menyangkut rumusan/ konsep dasar pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif ketika adanya problematika yang di hadapi dalam pelaksanaan pendidikan islam. (Ahmad Syar’i , 2020: 16).
Urgensi Filsafat Pendidikan Islam
Urgensi dalam memahami ruang lingkup filsafat Islam adalah sesuatu keharusan yang bersifat dinamais karena dengan memahami ruang lingkup filsafat pendidikan Islam membuat kita selaku makhluk yang berakal untuk berpikir secara kritis terhadap fenomena kehidupan. Baik yang bersifat empirik maupun yang bersifat non empirik. Untuk mengatahui sesuatu yang bersifat empirik maka diharuskan kepada kita untuk berpikir secara ilmiah untuk mencari suatu kebenara dengan menggunakan kaedah kaedah ilmiah yaitu rasional sistematis dan dapat diobservasi. Sedangkan kebenaran non imperik yaitu diharuskan kepada kita untuk menggunakan iman sebagai landasan dalam memahami kebenaran tersebut.(Achmad Amiruddin,2022, 2 (1): 84).
Para ahli telah menyoroti dunia pendidikan yang berkembang saat ini, baik dalam pendidikan Islam pada khususnya, maupun pendidikan pada umumnya. Menurut mereka pelaksanaan pendidikan tersebut kurang bertolak dari atau belum dibangun oleh landasan filosofis yang kokoh, sehingga berimplikasi pada kekaburan dan ketidakjelasan arah dan jalannya pelaksanaan pendidikan itu sendiri. Pelaksanaan pendidikan agama Islam selama ini berjalan melalui cara didaktis metodis seperti halnya pengajaran, dan lebih didasarkan pedagogis umum yang berasal dari sifat pendidikan Model Barat sehingga lebih menekankan pada “transmisi pengetahuan”. Untuk menemukan pedagogis Islam diperlukan lebih dahulu rumusan filsafat pendidikan Islam yang kokoh.(Muslim Abdurrahman, 1995: 5). Fondasi filosofis yang mendasari sistem pendidikan Islam selama ini masih rapuh, terutama tampak pada adanya bentuk dualisme dikotomis antara apa yang dikategorikan ilmu-ilmu agama yang menduduki fardu ‘ain dan ilmu-ilmu sekular yang paling tinggi berada pada posisi fardu kifayah. Yang sering kali terbaik dan bahkan terapkan. Di samping itu, kegiatan pendidikan Islam seharusnya berorientasi ke langit (orientasi transendental). Tampaknya belum tercermin secara tajam dan jelas dalam rumusan filsafat pendidikan Islam, dan bahkan belum dimilikinya. Karena itu, penyusunan suatu filsafat pendidikan Islam merupakan tugas strategis dalam usaha pembaruan pendidikan Islam.(Syafi’i Ma’arif, 1993: 23).
Dalam dunia pendidikan Islam, permasalahan yang bersifat filosofis itu sangat banyak, di antaranya masalah kurikulum. Membicarakan kurikulum, berbicara tentang apa yang akan diberikan kepada peserta didik. Untuk menetapakan apa yang akan diberikan itu tidak mudah mesti membahas secara filosofis. Begitu juga untuk menetapkan tujuan pendidikan, dan berbagai aspek pendidikan Islam lainnya.
Kegunaan praktis dari filsafat pendidikan Islam itu ialah: Memberikan jawaban terhadap berbagai pertanyaan pendidikan Islam yang bersifat filosofi, Memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang muncul dalam bidang pendidikan Islam, Dapat memetakan beberapa persoalan pendidikan Islam yang bersifat esensi, kemudian dicarikan solusinya. (Haidar Putra, 2014: 13).
Manusia adalah mahluk sosial. Dalam hal bimbingan di tengah keragaman, ada hubungan antara dua mata pelajaran yaitu bimbingan mata pelajaran yang membimbing lebih banyak mata pelajaran yang kurang. Terwujudnya kemerdekaan dan kebebasan dari belenggu penjajahan hingga terwujudnya perdamaian di negri tercinta yang berada dalam nusantara yang telah diakui dunia kemerdekaannya, merupakan nilai-nilai luhur yang sarat rahmatan lil’alamin, dan sarat dengan nilai-nilai luhur agama Islam yang dihadirkan di indonesia, Islam hadir di bumi ibu pertiwi ini tanpa perang dan tidak dibawa oleh penjajah, Islam hadir dengan keramahan dan kesopanan serta dialog dan budaya. Islam dan budaya sama sekali tidak bertentangan sehingga mudah diterima semua kalangan.(Risda, 2022 6(1):35). Metode pendidikan hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan peserta didik. Para guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator, ataupun hanya sebagai instruktur. Upaya guru untuk memilih metode yang tepat dalam mendidik peserta didiknya harus disesuaikan dengan tuntutan dan karakteristik peserta didiknya. Ia harus mengusahakan agar pelajaran yang diberikan kepada peserta didiknya mudah diterima. Penggunaan metode dalam suatu mata pelajaran bisa lebih dari satu macam. Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Dalam penggunaan sebuah metode harus mempertimbangkan aspek efektivitasnya dan relevansinya dengan materi yang disampaikan. Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai diterminasi kualitas pendidikan. Sehingga metode pengajaran haruslah dapat dilakukan dengan tepat dan efektif.(Solehuddin,2016 5 (1): 79).
Pendidikan islam yang menekankan pada aspek proses dan terjadinya transformasi nilai-nilai kebenaran yang bertujuan membentuk manusia unggul ( punya kepribadian sarat pemahaman, pengimplementasian, dan pengembangan doktrin luhur), menciptakan proses edukatif yang dapat menentukan wajah peradaban dunia. Muzamil,2020 3 (1): 70).
Penutup
Filsafat Pendidikan Islam adalah ilmu yang mengkaji secara khusus, mendalam dan menyeluruh tentang pendidikan untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan atau pertanyaan tentang pendidikan islam. filsafat pendidikan Islam berbeda dengan filsafat pendidikan pada umumnya yang tidak memasukkan prinsip ajaran tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk yang bukan hanya terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual, pandangan tentang alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan bertasbih kepada-Nya, pandangan tentang akhlak yang bukan hanya didasarkan pada rasio dan tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan juga nilai-nilai yang mutlak benar dari Allah, serta berbagai pandangan ajaran Islam lainnya.
Ruang lingkup filsafat pendidikan islam yaitu, tujuan pendidikan islam, pendidik, kurikulum, metode, dan lingkungan. Ruang lingkup filsafat itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat tercapai seperti yang dicita-citakan. Pada dasarnya ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam bertumpu pada pendidikan islam itu sendiri, baik yang menyangkut rumusan/ konsep dasar pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif ketika adanya problematika yang di hadapi dalam pelaksanaan pendidikan islam.
Para ahli telah menyoroti dunia pendidikan yang berkembang saat ini, baik dalam pendidikan Islam pada khususnya, maupun pendidikan pada umumnya. Menurut mereka pelaksanaan pendidikan tersebut kurang bertolak dari atau belum dibangun oleh landasan filosofis yang kokoh, sehingga berimplikasi pada kekaburan dan ketidakjelasan arah dan jalannya pelaksanaan pendidikan itu sendiri. Fondasi filosofis yang mendasari sistem pendidikan Islam selama ini masih rapuh, terutama tampak pada adanya bentuk dualisme dikotomis antara apa yang dikategorikan ilmu-ilmu agama yang menduduki fardu ‘ain dan ilmu-ilmu sekular yang paling tinggi berada pada posisi fardu kifayah. Pendidikan islam yang menekankan pada aspek proses dan terjadinya transformasi nilai-nilai kebenaran yang bertujuan membentuk manusia unggul (punya kepribadian sarat pemahaman, pengimplementasian, dan pengembangan doktrin luhur), menciptakan proses edukatif yang dapat menentukan wajah peradaban dunia, Untuk mengatahui sesuatu yang bersifat empirik maka diharuskan kepada kita untuk berpikir secara ilmiah untuk mencari suatu kebenara dengan menggunakan kaedah kaedah ilmiah yaitu rasional sistematis dan dapat diobservasi. Sedangkan kebenaran non imperik yaitu diharuskan kepada kita untuk menggunakan iman.