banner 728x250

Anomali Pertumbuhan Ekonomi Pedagang Takjil Ramadhan 1444H

puasa 4 Anomali Pertumbuhan Ekonomi Pedagang Takjil Ramadhan 1444H Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama
banner 120x600
174 Kali Dibaca

SUARA UTAMA. Telah terjadi keanehan pergerakan ekonomi dalam bulan ramadhan tahun 1444 H ini, yang biasanya terjadi tinggi pembelian (purchase height)  menjadi hanya tinggi penawaran (high offer).

Biasanya ramadhan diperedeksi akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi semua sektor tak terkecuali pada pedagang kaki lima ramadhan yaitu pedagang takjil yang muncul ketika di bulan ramadan. Ini karena Ramadhan meningkatkan permintaan serta gelontoran jumlah uang beredar yang bisa menjadi tambahan bahan bakar bagi pertumbuhan ekonomi.

Dalam survey Kurios dari Katadata Inseigt Center (KIC) menunjukkan, mayoritas masyarakat Indonesia lebih banyak mengeluarkan uang saat ramadhan dengan kisaran Rp20 ribu-Rp40 ribu untuk membeli takjil. Proporsi pilihan ini menyentuh 46,7% dari 599 total responden yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dengan proporsi responden laki-laki 48,2% dan perempuan 52,8% dengan usia antara 35-44 tahun (33,4%), diikuti kelompok 25-34 tahun (29,9%) dan kelompok 45-54 tahun (20,2%). Survei dilakukan pada 24-31 Maret 2023 menggunakan metode computer-assisted web interviewing (CAWI), dengan toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 4% dan tingkat kepercayaan 95%.

Belanja masyarakat untuk takjil diatas untuk membeli kudapan buka puasa yaitu es buah (56,9%) dan kolek (52,1%) disusul kemudian aneka minuman es, seperti es cendol dan es cincau sebanyak 45,6%. Lalu, sebanyak 15,2% responden mengaku biasa mengonsumsi lontong untuk berbuka puasa dengan tempat berbuka puasa di rumah (92%) dan 5,7% di perjalanan pulang dari kantor serta 2,3% pulang dari sekolah.

Dalam survey penulis ke sejumlah tempat di wilayah Jombang,  didapat penurunan signifakan terhadap pendapatan pedagang takjil dikarenakan sepi pembeli. Seperti yang dikatakan Pak. Sadiman penjual es buah di Jalan Raya asar Kudu Jombang. Penjualannya masih tersisa banyak pada setiap harinya. Begitu juga yang dikatakan Bu Warsih, penjual aneka lalapan dan ikan di jalan raya pasar Diwek. Daganganya setiap hari tersisa dan tidak laku. Kesepian pembelian ini juga terlihar di jalan Gus Dur depan Kampus Unversitas Darul ‘Ulum Jombang. Terlihat sediktinya pedagang yang berjualan dan banyaknya lapak yang sudah tidak di buka lagi untuk jualan. Hal ini diperkirakan karena faktor cuaca hujan (saat di bukanya lapak) dan  kedua faktor minat pembeli sebagai Imbas Corona-19.

Kebiasaan aktivitas dirumah dengan memasak makanan sendiri bersama keluarga dan kebiasaan mengkonsumsi makanan sehat juga diduga menjadi salah satu sebab sepinya pembelian takjil ramadhan. Kebanyak dari warga yang berkunjung ke pasar ramadhan adalah untuk wisata kuliner ringan yang hanya sebatas survey makanan kegemaran yang disesuaikan dengan ekspektasi selera. Dampak dari Corona, juga mengakibatkan  pembelian takjil dilakukan secara online sehingga menyebabkan pasar ramdhan sepi.

Sepinya pasar ramdhan diduga juga disebabkan karena munculnya pedagang-pedagang kaki lima baru (limpahan dari PHK Corona-19) yang membuka lapak di daerahnya masing-masing; desa, pinggiran kota, pusat kota, kesemuanya dipenuhi oleh pedagang takjil yang melimpah, berakibat konsumen takjil dapat memilih takjil yang diperlukan dengan lokasi tidak jauh dari rumah. Sehingga tempat-tempat takjil yang diresmikan oleh pemerintah daerah menjadi sepi pembeli.

Kondisi ini menyebabkan anomali pertumbuhan ekonomi masyarakat, yang seharusnya para pedagang takjil dapat menabung untuk keperluan hari raya lebaran idul fitri dengan lebih baik, menjadi harapan kosong dengan menaggung kerugian karena tidak terjualnya takjil.

Solusi yang dapat diberikan adalah

pertama: penjual takjil agar melakukan survey siapa sasaran dagangannya, dari usia, kegemaran, kelompok dan asal daerah dengan mengoptimalkan jejaring (kenalan)

kedua : mencari tempat yang strategis sesuai solusi pertama kemudian diputuskan berjualan online atau offline;

Ketiga : menjaga mutu dan kualitas barang dagangan;

Ketiga : pemerintah membuat kebijakan persyaratan khusus (penjual takjil) dan memberikam support pendanaan serta pelatihan SDM bagi yang kurang memenuhi syarat

Kelia : jangan lupa berdoa, berikhtiar dan jangan pernah putus asa.

Wallahualam bishowab. semoga bermanfaat

banner 468x60
banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90